Senin, 03 Maret 2014

Tes Darah Bisa Prediksi Kematian ???

Jakarta, Tidak ada yang tahu berapa lama manusia akan hidup, kecuali Tuhan. Namun, kenyataan itu tidak serta merta membuat banyak orang berhenti mencari cara berapa tahun lagi mereka akan hidup. Dan inilah yang terjadi di Amerika.

Seperti dikutip dari Fox News, Senin (3/3/2014), sebuah penelitian di PLOS Medicine menemukan bahwa pada tingkat tertentu dari empat biomarker, struktur yang bisa diukur dalam tubuh yang dapat memprediksi kejadian dampak atau penyakit, yang beredar di dalam aliran darah sangat memungkinkan dalam menunjukkan kapan kematian itu terjadi.

Untuk mengidentifikasi reaksi kimia dari 'kematian' ini, para peneliti telah menganalisa sampel darah sebanyak lebih dari 17.000 orang yang tinggal di Estonia dan Finlandia, menyeleksi mereka atas 106 tipe protein yang berbeda. Setelah dalam periode 5 tahun, para peneliti mengidentifikasi di mana para partisipan yang ikut dalam penelitian tersebut telah meninggal. Lalu peneliti pun membandingkan sampel darah mereka (yang telah meninggal) dengan sampel darah saat mereka masih hidup.

Para peneliti menemukan bahwa empat biomarker tersebut sangat tidak biasa jumlahnya di dalam pasien dalam 5 tahun sebelum meninggal. Selain itu, para peneliti menciptakan sebuah indeks dari 4 reaksi kimia tersebut, dan setiap individu yang mempunyai indeks biomarker berada di dalam 20 persen teratas mendapatkan kemungkinan 19 kali lebih besar untuk meninggal di dalam 5 tahun setelah sampel darah mereka diambil.

4 Biomarker tersebut dihubungkan ke berbagai hal-hal yang dapat menyebabkan kematian, termasuk kematian yang diakibatkan penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit nonvaskular lainnya, tapi hasilnya ditemukan bahwa mereka (4 biomarker) lebih bersifat prediktif atas kematian. Bahkan juga dapat memprediksi orang yang dianggap dalam keadaan sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, 4 biomarker ini dapat menjadi indikator dari kondisi yang mendasari kematian yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang.

Hal ini tentu saja cukup mengejutkan. Namun peneliti menambahkan bahwa masih perlu ada pembuktian lebih lanjut untuk menganalisis lebih jauh hasil penelitian, apakah dapat diterima atau tidak.

Sumber : www.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar